MOSTVENOMOUSSNAKE – Cape Cobra (Naja nivea) adalah salah satu ular berbisa paling ditakuti di benua Afrika. Termasuk dalam famili Elapidae, ular ini dikenal karena kecepatan serangannya, volume racun yang tinggi, dan sifat agresif saat terpojok. Cape Cobra hidup di wilayah selatan Afrika, terutama Afrika Selatan, Namibia, dan Botswana, di mana ia menjadi ancaman nyata baik bagi manusia maupun hewan domestik. Racunnya yang bersifat neurotoksik murni dapat melumpuhkan sistem saraf dalam waktu singkat dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara medis segera.
Taring, Teknik Serang, dan Karakteristik Fisik
Cape Cobra memiliki taring depan tetap (proteroglifa) khas ular Elapidae, dengan panjang antara 6 hingga 8 mm. Taring ini tidak besar, tetapi sangat efektif dalam menyuntikkan bisa langsung ke jaringan subkutan atau bahkan intravaskular jika menggigit dalam-dalam. Dengan bentuk tubuh ramping dan panjang rata-rata 1,2–1,6 meter, beberapa individu dewasa bisa mencapai panjang lebih dari 1,8 meter.
Ular ini menggunakan strategi frontal saat menyerang. Setelah mengangkat sepertiga tubuhnya dan membuka tudung lebar, ia akan menyergap dengan kecepatan tinggi dan menggigit target secara presisi. Cape Cobra biasanya mempertahankan gigitannya selama beberapa detik untuk memastikan jumlah racun maksimum tersuntik, berbeda dari kobra Asia yang lebih sering menggigit lalu mundur.
Cape Cobra tidak memiliki tanda mata atau lingkaran pada tudung seperti Indian Cobra, tetapi warna tubuhnya sangat bervariasi, dari kuning cerah, cokelat karamel, hingga hitam pekat. Variasi warna ini berkaitan erat dengan habitat lokal dan digunakan sebagai bentuk kamuflase.
Jenis Racun, Kadar Racun, dan Potensi Kematian
Cape Cobra menghasilkan racun neurotoksik murni yang bekerja sangat cepat dalam melumpuhkan sistem saraf pusat. Komponen utamanya adalah α-neurotoksin postsinaptik, yang memblokir reseptor asetilkolin di otot-otot vital, terutama otot pernapasan. Dalam kasus tertentu, racun ini juga mengandung komponen kardiotoksik minor, yang mempercepat gagal jantung bila dosis tinggi masuk ke sistem tubuh.
Setiap gigitan Cape Cobra dapat mengeluarkan racun dengan volume sekitar 100–150 mg, tergantung usia dan ukuran ular. Dengan LD₅₀ racun sebesar 0,37 mg/kg secara subkutan, satu gigitan penuh cukup untuk membunuh hingga 10 orang dewasa. Tidak seperti bisa viper yang menimbulkan luka lokal atau pembengkakan, racun Cape Cobra menyerang tanpa banyak gejala awal. Hal ini sering membuat korban terlambat menyadari ancaman sebenarnya hingga gejala neuroparalisis muncul.
Korban gigitan akan mulai mengalami ptosis (kelopak mata turun), kesulitan bernapas, dan kelumpuhan otot dalam waktu 30–60 menit. Jika tidak ditangani dengan pemberian antivenom dan dukungan pernapasan buatan, kematian dapat terjadi dalam waktu 1 hingga 6 jam, terutama jika racun langsung masuk ke sirkulasi darah.
Habitat, Perilaku, dan Interaksi dengan Manusia
Cape Cobra menghuni wilayah-wilayah panas dan kering seperti gurun, semak belukar, savana terbuka, dan pinggiran hutan. Ia juga kerap ditemukan di sekitar permukiman manusia, terutama saat berburu mangsa seperti tikus, burung, atau reptil kecil. Ketersediaan makanan dan tempat persembunyian membuat ular ini mudah beradaptasi bahkan di daerah pertanian atau gudang.
Ular ini bersifat diurnal, aktif berburu di siang hari, tetapi bisa menjadi nokturnal pada musim panas ekstrem. Cape Cobra tidak memiliki mekanisme peringatan lain selain desisan dan pengangkatan tubuh, sehingga kontak dengan manusia sering berujung pada konflik. Banyak kasus gigitan terjadi karena ular ini tidak terlihat dan terinjak secara tidak sengaja, atau masuk ke dalam rumah saat suhu luar terlalu tinggi.
Cape Cobra bukan ular pemalu. Ia akan mempertahankan posisinya dan menyerang bila merasa terpojok, menjadikannya salah satu ular paling berbahaya dalam konteks urban Afrika Selatan.
Peran Ekologis dan Pentingnya Perlindungan
Di balik reputasinya sebagai ular pembunuh, Cape Cobra memainkan peran penting dalam ekosistem. Sebagai predator puncak bagi rodensia dan burung kecil, ia membantu mengendalikan populasi hama pertanian dan menjaga keseimbangan lingkungan. Cape Cobra sendiri menjadi mangsa bagi mongoose, musang Afrika, dan beberapa spesies burung pemangsa.
Sayangnya, banyak masyarakat membunuh ular ini saat bertemu, meskipun ular tidak selalu berniat menyerang. Edukasi masyarakat tentang cara menghindari konflik dan pentingnya ular dalam ekosistem sangat dibutuhkan, terutama di wilayah pedesaan.