Brown Tree Snake melingkar di pohon dengan postur siap menyerang.
Berbisa - Colubridae - Reptil

Brown Tree Snake (Boiga irregularis): Ular Colubridae Berbisa yang Mengancam Ekosistem

0 0
Read Time:3 Minute, 10 Second

MOSTVENOMOUSSNAKE Brown Tree Snake adalah salah satu contoh mengejutkan dari ular berbisa dalam famili Colubridae. Meskipun berasal dari wilayah tropis seperti Papua Nugini, Australia, dan Indonesia bagian timur, spesies ini menjadi terkenal karena invasinya di Pulau Guam yang menyebabkan kehancuran ekosistem lokal. Dalam dunia herpetologi, Boiga irregularis menjadi bukti bahwa tidak semua ular berbisa berasal dari keluarga Elapidae atau Viperidae—Colubridae pun bisa berbahaya.

Karakteristik Fisik dan Keahlian Spesifik

Ular ini memiliki tubuh ramping dan panjang yang dapat mencapai 2 hingga 2,5 meter, dengan warna dominan cokelat atau zaitun yang sering dihiasi pola gelap samar. Matanya besar dengan pupil vertikal, memberi penglihatan tajam di malam hari. Selain itu, tubuhnya sangat fleksibel dan ringan, membuatnya mampu memanjat tiang listrik, dinding, hingga pohon dengan mudah. Inilah sebabnya ular ini disebut “tree snake”.

Taringnya terletak di bagian belakang rahang atas (rear-fanged) dengan panjang sekitar 1–3 mm, namun cukup efektif untuk menyuntikkan bisa ke mangsanya. Racun ini tidak disuntikkan dengan cara seperti elapid, melainkan dengan menggigit kuat dan mengunyah jaringan mangsa agar racun dapat masuk melalui luka terbuka.

Jenis Racun dan Dampaknya

Brown Tree Snake menghasilkan racun neurotoksin ringan hingga sedang, cukup berbahaya terutama pada hewan kecil dan anak-anak manusia. Racun ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan gejala seperti:

  • Pembengkakan lokal
  • Gangguan pernapasan
  • Kelemahan otot
  • Mual, pusing, dan penglihatan kabur

Volume bisa per gigitan tidak besar, sekitar 1–2 mg, namun bisa tersebut bekerja perlahan dan efektif. Tidak seperti elapid yang bisa membunuh dalam hitungan menit, racun dari Boiga irregularis bersifat semi-kronis, memicu kerusakan jaringan secara progresif. Pada kasus ekstrim, korban yang tidak ditangani secara medis bisa mengalami infeksi, kesulitan bernapas, hingga kejang.

Teknik Berburu dan Perilaku Serangan

Sebagai pemburu nokturnal, Brown Tree Snake menggunakan pendekatan diam-diam. Ia sangat ahli menyelinap di antara dahan atau struktur buatan manusia, lalu menyergap burung, kadal, mamalia kecil, atau bahkan unggas peliharaan dengan gigitan cepat dan lilitan lemah. Setelah menggigit, ia akan mengunyah mangsanya secara perlahan, memungkinkan racunnya terserap lebih efektif.

Meskipun taringnya berada di belakang, teknik “gigitan kunyah” ini bisa efektif pada hewan dan bahkan manusia yang tidak menyadari ancaman awal. Inilah sebabnya spesies ini dianggap berisiko pada bayi dan anak kecil, terutama di daerah rawan invasi seperti Guam.

Ancaman Ekologis dan Persebaran

Salah satu aspek paling berbahaya dari Brown Tree Snake adalah invasi ekologisnya. Saat tidak sengaja terbawa ke Guam pada pertengahan abad ke-20 melalui kapal kargo, ular ini menemukan lingkungan tanpa predator alami dan mangsa berlimpah. Akibatnya, populasi ular ini meledak dan menyebabkan kepunahan beberapa spesies burung endemik Guam, termasuk Mariana Fruit Dove dan Guam Flycatcher.

Lebih buruk lagi, ular ini kerap menyebabkan pemadaman listrik karena kemampuannya memanjat jaringan kabel. Ia menjadi contoh nyata bagaimana ular Colubridae bisa sangat merusak ekosistem jika keluar dari habitat asalnya.

Reproduksi dan Perkembangbiakan

Brown Tree Snake berkembang biak dengan bertelur, dan betina dapat menghasilkan hingga 12 telur per musim. Dalam kondisi ideal seperti Guam, tingkat keberhasilan menetas sangat tinggi karena tidak adanya pemangsa alami. Anakan ular pun sudah memiliki bisa sejak lahir dan mampu berburu mangsa kecil sejak usia dini.

Fakta Tambahan dan Peran Ekologis

Meskipun berbahaya, ular ini tetap memiliki peran ekologis penting di habitat asalnya. Di Australia dan Papua Nugini, ia membantu mengontrol populasi tikus dan burung kecil, menjaga keseimbangan ekosistem. Namun di luar habitat aslinya, perannya berubah menjadi ancaman serius.

Brown Tree Snake juga menjadi perhatian utama dalam studi biosekuriti dan konservasi. Penelitian terhadap racunnya membantu memahami mekanisme bisa rear-fanged snake yang berbeda dari elapid, dan menjadi model dalam analisis penyebaran spesies invasif global.


📌 Penutup

Brown Tree Snake (Boiga irregularis) adalah contoh nyata bahwa famili Colubridae pun bisa menghadirkan ancaman serius—baik terhadap manusia maupun ekosistem. Dengan bisa neurotoksin, teknik berburu licik, dan kemampuan menyebar ke lingkungan baru, spesies ini patut mendapat perhatian khusus dalam dunia herpetologi dan konservasi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %